How To Cornering !
Kang bro, mengisi waktu liburan
panjang minggu kemarin, saya berkesempatan ikut acara Track Day di
sirkuit Gery Mang Subang yang diadakan oleh kawan kawan FUers dari SSFC
(Suzuki Satria F150 Club). Walau sadar diri sudah tak muda lagi, hehe,
toh saya tak kuasa menahan keinginan untuk ikut serta dalam kegiatan
ini. Motivasinya simple aja, pertama itung-itung refreshing, melepas
kebosanan dan kepenatan rutinitas sehari hari. Yang kedua ingin belajar
melancarkan cornering dari kawan kawan yang sudah pandai mereng-mereng.
Jam 9 pagi, sirkuit baru dibuka. Setelah briefing sebentar tentang
tata tertib latihan, saya pun segera berbaur dengan kawan kawan yang
lain menyerbu masuk ke sirkuit. Dari sekitar 30an rider Satria FU yang
ikut turun menjajal sirkuit, sebagian besar diantaranya baru pertama
kalinya merasakan sirkuit, atau baru belajar mereng-mereng. Termasuk
saya.
Maka dari itu, empu
si belang (bro faris)
yang saya anggap sudah ‘khatam’ cornering dan hafal seluk beluk sirkuit
subang ditugaskan memimpin rombongan untuk warming up dulu 2-3 lap.
Maksudnya supaya mempermudah para peserta mengenal dan beradaptasi
dengan layout tikungan sirkuit. Selepas itu, bebas terserah. Semua
peserta dipersilahkan sepuasnya menikmati dan mengeksplore setiap
jengkal sirkuit permanen kebanggaan warga subang ini.
LESSON LEARNED BY ACCIDENT
I like Cornering, but i’m not good at it.
Sekian lama hanya doyan lurusan, saya harus akui bahwa saya termasuk
orang yang paling ‘lambat belajar’ soal cornering dibandingkan
rekan-rekan saya yang lain.
Sebut saja, sampai hari ini, saya masih juga belum kesampean ngerasain
“kneedown” bro. Haduhhhh….padahal udah bertekad bulat lho waktu
berangkat ke subang, pokoknya kali ini musti sukses
Nidon perdana.
Ladalah, bukannya terkabul, yang ada malah saya nyuksruk gara gara
terlalu maksa pengen gasruk dengkul ke aspal, hahaha. Mencoba menambah
kecepatan saat mendekati tikungan R10, lalu menggantung badan lebih jauh
lagi ke dalam tikungan, ehhhhh kok motor malah out, keluar dari jalur
yang saya perkirakan. Kaget, motor didirikan, panic breaking, dannnn
GUBRAK!. Sukses deh saya koprol guling guling di rumput campur batako.
wkwkwk.
Mencoba menganalisis kesalahan yang dilakukan, saya pun lalu berdiskusi
minta masukan dari kawan-kawan yang saya anggap lebih jago soal
cornering. Salah satu masukannya adalah, body position (kita singkat
saja
BP atau Bopos) alias posisi badan saya saat
menikung dinilai masih kurang tepat untuk kneedown. Hmmm….body position
ya?. Sayang, waktu itu keburu hujan disubang. Saya pun tak berani
mencoba turun lagi ke sirkuit untuk mempraktekkan saran dari
kawan-kawan. Okelah, pikir saya saat itu, biar nanti dirumah saya coba
menggali lagi informasi soal body position ini, dan akan mempraktekannya
di lain kesempatan.
CORNERING = KNEEDOWN ??
Apakah cornering itu memang harus kneedown? Tentu tidak. Esensi
cornering adalah tentang menangani tikungan dengan baik, masuk dan
keluar tikungan secara efisien dan aman. Adapun kneedown atau ‘knee
draging’ hanyalah satu aspek kecil dari teknik cornering. Karena
menikung dengan baik tidak selalu harus merebahkan motor
semiring-miringnya atau sampai dengkul nempel ke aspal (silahkan baca
artikel sebelumnya tentang
Panduan Cornering Dasar).
Waktu OMR FU SSFC disentul dulu,
si blackpearl bisa aja tetep ngacir paling depan di setiap tikungan tanpa rebah, bahkan gak membuka kaki sedikitpun lho :D.
Tentu jangan dibandingkan dengan pro-racer atau pembalap beneran yg suka
kita tonton di tv. Kneedown buat mereka bukan lagi hal aneh atau
istimewa. Mereka sering memakai teknik kneedown secara natural, karena
level kecepatan dan tipe tikungan yang memang menuntut mereka harus
kneedown. Ada juga yg menyebutkan kneedown digunakan pembalap untuk
mengukur seberapa jauh kemiringan motor (lean angle).
Kneedown for amateur is simply about fun, excitement, and it just looks cool!!
Untuk ‘pleasure seeker’ alias rider yg menyukai mereng-mereng sebagai
hobi belaka; kneedown adalah ‘ekstasi’ dari cornering itu sendiri.
Sensasi menyenangkan yang jadi daya tarik dari kegiatan cornering.
Eksyen aja bro ! Kayaknya keren aja gitu keliatannya kalo bisa nidon
^_^. Coba aja perhatiin foto-foto rider pecinta cornering. Pose apa yang
selalu jadi favorit atau bahkan jadi DP/foto profil para merengers?
Pasti pose kneedown kan? hehehe…akuin aja dehhh
Memang untuk sebagian orang, gaya menikung sambil nidon mungkin bisa
saja dianggap lebay. Bener begitu? Gak juga sihh. Buat saya sih wajar
wajar aja ngeliat orang menikung sambil nidon. Dengan catatan, dilakukan
ditempat yang tepat dan menggunakan
safety gear yg memadai. Lha saya juga pengen bisa kneedown seperti mereka, cuman sayang aja belon kesampean, hehe.
KONSEP BODY POSITION IN CORNERING
Sesuai masukan dari kawan-kawan waktu di sirkuit subang, katanya saya
perlu memperbaiki posisi badan di tikungan jika memang ingin sukses
mencicipi kneedown pertama saya. Oke, saya terima masukan itu. Tapi
untuk bisa mengevaluasi dan mengkoreksi posisi badan sendiri, tentu saya
perlu memahami dulu gambaran ideal body position itu seperti apa.
Lanjut
googling, tak sulit menemukan petunjuk tentang ini.
Walau juga tak semua informasi di internet itu mudah dimengerti. Saya
perlu mencerna dulu dari berbagai sumber, baru bisa menarik kesimpulan.
Dari semua referensi yang bisa saya temukan, saya lalu memilih
beberapa panduan yg dirasa paling instruktif, logis, dan bisa
diterapkan. Saya juga berfikir, ada baiknya bila info itu dishare lagi
disini kepada pemirsa satria155.com. Siapa tau nanti ada masukan
tambahan dari pembaca yang lebih pengalaman. Atau bisa saja berguna
untuk sesama
cornering newbies yang baru mulai belajar
mereng-mereng seperti saya ini. Mohon digarisbawahi, bahwa apa yang saya
tulis disini bukanlah untuk sok mengajari pembaca, hanya sekedar
rangkuman referensi kneedown yang saya temukan dan tafsirkan sebagai
bahan intropeksi dan evaluasi terhadap diri saya sendiri.
MACAM RAGAM GAYA MENIKUNG
Oke, untuk bisa nidon diperlukan posisi badan yang tepat. Itu kesimpulan
awalnya. Tapi gimana sih sebenernya posisi badan yang tepat saat
menikung? Karena kalau saya amati, temen-temen saya pun beda-beda
bopos-nya saat nikung. Gak selalu sama, tapi toh semua tetap sukses
dengkulnya bisa nyentuh aspal.
FOTO berbagai bopos kawan2 FUers SSFC on kneedown position di trackday Sirkuit Subang kemarin:
Jadi bopos yang tepat itu seperti apa?
Jawabannya ternyata memang gak eksak pemirsa. Setiap rider bisa saja
mengadaptasi gaya menikung sesuai postur tubuh ataupun seleranya
masing-masing. Misalnya seperti yang ditunjukan oleh gambar populer yang
banyak ditemukan diberbagai forum cornering lovers, sebagai berikut:
Foto ilustrasi diatas menjelaskan tentang berbagai type Body position
yang bisa diterapkan saat cornering. Semuanya bagus dan tak ada yang
salah. Hanya saja setiap posisi memiliki karakteristik masing-masing
terkait Perbedaan derajat kemiringan rider VS derajat kemiringan motor
(lean angle) yang mempengaruhi center of gravity atau titik pusat
keseimbangan di tikungan.
Singkatnya begini, saat kita mencoba merebah/menikung (anggap aja
kekiri), ada dua gaya/kekuatan yang saling tarik menarik dan menciptakan
titik keseimbangan motor sehingga motor bisa tetap berdiri. Yg pertama
adalah gaya gravitasi yang menarik motor kebawah (kearah dalam
tikungan). Yang kedua adalah gaya sentrifugal atau inertia yang menarik
motor ke arah berlawanan (ke kanan/luar tikungan). Bayangkan saat kita
jadi penumpang bis ugal-ugalan yang belok tajem ke kiri, badan kita
justru seakan tertarik berlawanan dg arah tikungan kan? Nah itulah efek
inertia atau
centrifugal force.
Gaya sentrifugal semakin besar seiring kecepatan. Makanya semakin
kenceng motor, semakin berat/susah direbahinnya. Semakin pelan motor
semakin gampang dimiringin. Nah kalo pelan banget? ya gubrak jatoh ke
tanah….karena gaya sentrifugalnya kurang, kalah sama gaya gravitasi,
hehe. Makanya untuk bisa kneedown diperlukan speed yang cukup di
tikungan, supaya gaya sentrifugal nya cukup unutuk menjaga motor
bertahan gak ambruk di tikungan walau ‘ditarik’ bobot badan dan
gravitasi.
Dari gambar body positioning diatas, ada prinsip penting yang bisa kita simpulkan yaitu:
1. Rider dan Motor
merupakan satu kesatuan yang memiliki satu titik tengah keseimbangan
(center of gravity). Saat menikung, posisi badan pengendara akan
mempengaruhi titik keseimbangan keseluruhan
2.
Posisi badan yang tegak/menjauh dari tikungan (contoh gbr no 2) secara
otomatis akan memaksa motor menjadi lebih miring untuk mempertahankan
titik tengah keseimbangan (center of gravity). Sebaliknya, posisi badan
yang lebih turun/menggantung ke arah dalam tikungan (no 3) akan membuat
motor lebih tegak untuk menyeimbangkan center of gravity. Bisa terlihat
jelas dari perbandingan kemiringan motor pada gaya menikung NO 2 vs NO
3.
3. Posisi badan hanging off
(badan lebih rendah/condong ketikungan) dianggap lebih aman dan
menguntungkan karena membuat motor tidak terlalu miring. Motor yang
lebih tegak membuat permukaan/tapak ban yang menempel dengan aspal masih
banyak. Sehingga mengurangi resiko hilang grip/low side. Dalam situasi
race, ini menguntungkan karena motor bisa digas/berakselerasi lebih awal
saat mau keluar tikungan.
Ilustrasi lain yang lebih sederhana juga ditunjukan oleh foto berikut ini:
Keterangan Gambar.
- Style 1. : Disebut counter weight.
Saat menikung, posisi rider justru menjauh dari tikungan. Badan duduk
tegak, Motor yang didorong miring. Tangan dalam (tangan kiri) cenderung
lurus dan kaku. Style ini kurang cocok untuk dipakai melibas tikungan
dengan kecepatan tinggi. Beresiko tinggi ban tergelincir karena motor
harus sangat miring bila ingin menambah kecepatan di tikungan.
- Style 2 :
Kebalikan dari gaya pertama. Disini pengendara memasuki tikungan
dimulai dengan dagu dan bahu yang dicondongkan ke arah dalam tikungan. Pantat
digeser sedikit saja keluar jok, dan mengalihkan sebagian bobot tubuh
ke footstep dalam (kiri) sehingga siku tangan bisa lebih rileks. Gaya
seperti ini cocok untuk dipergunakan sehari-hari saat menikung dijalanan
biasa. Digambar ini disebut Upper Body Shift karena hanya pinggang
keatas yang bergeser titik beratnya. Sebagian kalangan juga menyebut
gaya ini sebagai Neutral Style. Saya sendiri juga termasuk pengguna gaya netral atau neutral style ini.
- Style 3 : Style ketiga disebut Full Body Shift
karena si pengendara memanfaatkan perpindahan bobot badan keseluruhan
secara optimal. Menggeser pantat keluar minimal 1 belahan bokong ada
diluar jok, bahkan banyak yang FULL dua belahan bokong menggantung
disamping jok (hanging off). Keseluruhan badan condong ke dalam
tikungan, Kepala dan dan bahu condong dalam tikungan, siku tangan kiri
ditekuk rileks, kaki dalam dibuka dan jinjit menekan footstep, kaki luar
menjepit tangki. Dengan gaya ini, motor tak perlu terlalu miring. Motor
bisa lebih tegak dan leluasa menambah kecepatan ditikungan karena
traksi ban lebih banyak.
Style hanging off memang cocok untuk kondisi track (sirkuit aspal), tapi
kurang bijaksana untuk dipakai menikung sehari-hari atau dijalanan umum.
Bayangkan saat posisi badan menggantung begini, tiba tiba ada bahaya
mendadak di tengah tikungan entah itu angkot berhenti mendadak, kucing
lewat, atau lobang jalanan. Rider lebih lambat bereaksi atau bermanuver
karena posisi badan yang menggantung. Gawattt pemirsa…
MENGGANTUNG TAK SEKEDAR MENGGANTUNG
Oke, berdasarkan penjelasan gambar ilustrasi diatas, saya pun bisa
mengambil kesimpulan sementara, bahwa posisi terbaik untuk kneedown
adalah hanging off position. Tapi saya belum puas dengan kesimpulan ini.
Karena saat mencoba posisi menggantung seperti ini rasanya kok kurang
nyaman ya. Juga bila melihat pose-pose kneedown kawan-kawan, gak selalu
sama cara gantung badannya.
Mencoba
menggali lebih detail lagi, banyak pelajaran baru yg berharga buat saya
yg newbie ini. Bahwa ternyata sekedar mengeluarkan pantat dari jok saja
belum berarti sudah benar. Beberapa referensi mengatakan, yg perlu
diperhatikan adalah posisi badan dari pantat sampai kepala harus
diusahakan minimal pararel alias segaris dengan motor (FIG 1). Lebih
baik lagi bila garis badan bisa lebih condong ke tikungan dibanding
motor.
Jadi bukan hanya pantatnya saja.
Sering ditemui, rider menggantung pantat tapi tubuh bagian atas tegak
ditengah central line motor. Kalau ditarik garis imajiner, garis tubuh
dari pantat ke kepala terlihat menyilang /berlawanan dengan garis motor.
Posisi yang menyilang ini disebut Crossed Up atau Twisted. Posisi
crossed up terlihat tidak natural, membuat pinggul menjauh dari
tikungan, kepala sulit diputar, dan tangan sulit rileks karena jadi
tumpuan di setang.
Contoh ilustrasi dari posisi Crossed Up atau menyilang ini bisa dilihat di foto berikut:
Pada gambar diatas, lebih dari setengah belahan bokong memang sudah
keluar dari jok. Tapi garis tubuh bagian atas seperti berputar
berlawanan (twisted) dengan garis posisi motor.
Untuk mensiasati supaya posisi upper body tidak menyilang, tips yang
dianjurkan adalah dengan memvisualisasikan seakan akan kita ingin
berkaca pada spion arah tikungan (istilahnya
‘kissing the mirror’).
Dengan begitu, posisi badan bisa lebih ideal. Garis centerline tubuh
pengendara dari bokong sampai kepala berada disamping dalam garis
centerline motor. Seperti yang nampak berikut ini:
Ilustrasi lebih sempurna ditunjukan foto para Pro racer atau pembalap
beneran, yang bahkan dengan kemiringan motor yg extrem (max lean angle)
tapi mampu menjaga tubuh tetap pararel dibagian dalam garis centerline
motor. Uedann..
Sebagai pelengkap, simak juga video presentasi dibawah ini. Saya
pilihkan dari youtube karena saya nilai komplit dan mudah dicerna.
Merangkum konsep body positioning ideal dan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan saat
hanging off the bike:
BODY POSITION MOTOR SPORT (BERTANGKI) VS MOTOR BEBEK
Rasa penasaran masih terselip di hati saya. Karena panduan yang ada
semuanya merujuk pada motor sport alias motor batangan alias bertangki,
bahkan seringnya moge. Saya tak menemukan satupun penjelasan yang
instruktif mengenai body position di motor bebek.
Cukup
mengherankan, karena dalam asumsi saya, pasti ada perbedaan karakter
motor sport dan bebek. Sebut saja misalnya bobot motor bebek yg lebih
ringan dan tapak ban yang lebih kecil. Tentu tenaga yang dibutuhkan
untuk merebahkan motor bebek juga tak sebesar motor sport. Lalu tiadanya
tangki di motor bebek. Padahal di motor sport, kaki luar jadi tumpuan
utama beban saat hanging off dengan cara menjepitkan kaki luar ke badan
tangki.
Jadi apakah sama atau beda antara bopos motor sport & motor bebek?
Entahlah, semestinya secara garis besar sama saja. Tapi mungkin gak bisa
sama persis kalau dibandingkan posisi badannya. Jika memperhatikan
seksama,
bopos pembalap kelas bebek banyak kok yang posisi badannya tidak inline dengan motor, cenderung
twisted / crossed up
malah. Apakah mungkin memang motor bebek lebih enak dibawa nikung
dengan gaya begitu. Who knows?. Tapi jika melihat ciri-ciri bopos ideal
di motor sport, ada juga sih yang sesuai dengan ciri-ciri ideal di motor
sport. Seperti ditunjukan foto pembalap kawasaki dibawah ini:
Body position seperti ini sesuai dengan ciri-ciri yang dijelaskan di motor sport. Antara lain:
- Pantat keluar dari jok, tapi tetap terlihat natural. Bukan ‘gelantungan’ dimotor.
- Paha dibuka, tumpuan kaki dalam dipusatkan di bagian depan telapak kaki (jinjit).
- Garis badan sejajar dari bokong sampai kepala, lebih condong ke tikungan dibanding garis centerline motor.
- Siku tangan bagian dalam rileks ditekuk, mengontrol steering.
- Pandangan jauh kedalam tikungan (seperti mau ngaca di spion, kissing the mirror)
TIME TO PRACTICE, A LOT OF PRACTICES
Nah pemirsa, dengan sekian banyak panduan yang dipaparkan diatas, saya
rasa cukuplah sebagai bekal menuju nidon pertama saya. Dengan memahami
konsep idealnya, saya yakin akan lebih mudah saat tiba waktunya
mempraktekkan on the track. Sekedar paham konsepnya kalau tidak
dibarengi latihan praktek ya sama aja booong. hehe. Because knowing is
something, but ‘doing’ is another thing.
Orang bilang ‘
practice makes perfect‘, cara terbaik untuk
belajar adalah dengan melakukannya sesering mungkin. Demikian juga
dengan cornering. Do it often, and you will be good at it. Tak mudah
memang buat saya mencari waktu dan tempat untuk sering-sering berlatih.
But i’ll make it happen eventually.
Siapa tau, suatu hari nanti bisa menikmati sensasi kneedown dengan senatural dan senikmat suhu
si belang yang satu ini :
Last Pic. Bro Faris empu si Belang berpose kneedown + handsdown
SO... selamat mencoba.
*Warning
Gunakan safety riding dengan komplit dan pastikan tidak mencoba di jalan raya !!!!!
Sumber : http://satria155.com